Selasa, 07 Januari 2014

Rencana Resign

Benar-benar dilema ya ninggalin anak-anak di rumah.
Seharusnya sih bukan dilema. Jangan ninggalin anak-anak. Tinggal si istri yang resign. (InsyaAlloh) beres deh. Suami kerja bisa lega karena gk kepikiran yang di rumah.

Tapi karena terjerat hutang (Ya Alloh, minta lunasin hutang dong, biar terhindar dari riba juga..), jadi saya masih aja ngantor, huhuhu..
Untungnya suami setuju kalau saya resign 5 tahun lagi (ngabisin ikatan dinas). Dan setelah diitung-itung di excel, pas banget untuk ngelunasin utang dan sedikit tabungan untuk suatu keperluan (yang sudah kami rencanakan).

5 tahun lagi berarti Fathan 7 tahun, Ipung 5 tahun.. (Bertahanlah Nak..) Dan selama 5 tahun ini harus belajar (ekstra) sabar nyari dan ngadepin para ART. #sikap

*Ralat : Bukan 5 tahun persis tapi 4 tahun 10 bulan 3 minggu. #penting

Senin, 06 Januari 2014

Terlalu Menakutkan Untuk Dibayangkan..

Setelah sekian lama gk ngeblog.. Barusan baca-baca artikel. Saya share di sini. Siapa tahu ada yang tersentuh hatinya :)

...
Ketika suami menikah lagi dan perempuan berusaha menerima (karena alasan ekonomi atau agama atau alasan apapun), ia akan duduk sendiri di setiap malam dalam gelap kamar saat suaminya tengah mendekap mesra seorang perempuan lain di ranjang lain. Ia akan (mungkin) menangis karena terluka, tapi demi anak-anak ia akan berusaha menerimanya dengan sabar.*)
...

Etapi kan Rasulullah poligami..?
Iya, tapi setelah Siti Khadijah (ISTRI PERTAMA) meninggal kan.. Rasulullah gak memadu istri pertama tuh :p

Berarti nunggu istri pertama meninggal dulu?
Iya kalau suaminya gak duluan meninggalnya :D


*) Sumber : http://rumahkeluarga-indonesia.com/pengorbanan-istri-yang-sering-tidak-disadari-suami-748/

Minggu, 11 September 2011

Laki-laki Baik untuk Wanita yang Baik

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
(Qs. An Nur:26)

Ayat ini sering menjadi rujukan saat kita memilih jodoh. Tapi jika Anda sudah menikah dan (saat itu) yakin bahwa pasangan Anda baik bukan berarti nantinya kehidupan rumah tangga akan berjalan mulus.
Pasti ada saat-saat iman turun-naik. Dan jika Anda melihat kekurangan suami/istri Anda, ingatlah ayat ini. Jangan melulu terfokus pada kekurangan pasangan Anda, tapi lihatlah diri Anda. 
Sudah patutkah diri Anda untuk mengharapkan kebaikan darinya?

Rabu, 24 Agustus 2011

Sejarah PerHPan

Nokia 3310
Pertama kali beli HP saat saia kelas 2 SMA. Eh, kelas 2 atau 3 ya? Hehehe.. Dengan harga 250 ribu saia dapatkan hape ini..






Nokia 2100
Lalu, saya ganti dengan hape yg ini.. Lupa harga dan warnanya, hehehe..
Sayangnya dicuri orang di kereta saat saia liburan ke Jogja. Hiks..







Nokia 2300
Trus, waktu kuliah tingkat 2 saia beli hape ini.. Harganya waktu itu berapa ya? Lupa lagi, hehehe.. Suka banget dengerin radionya. Hiburan murmer, hehe..Di Jakarta mah radionya keren2. Jadi lumayan agak sedikit update lagu2 asing, haha..







 Waktu magang kan dapet 850 ribu/bulan tuh, lalu.. lalu.. digantilah hape ini. 980 ribu. Belinya pake uang sendiriiiiii.
*bahagia
Samsung SGH E250


 Karena akhir-akhir ini addicted sama brand Samsung, jadi sering nowel2 hape baru suami yang katanya murah. 1,9 juta. 
*segitu murah? serius? hahaha..
Samsung Galaxy Fit
Sebagai suami yang baik, dihibahkanlah hape ini..












Makasih banyak ya, suamiku yang baik hati.. :")
*hug

Minggu, 21 Agustus 2011

Gak Enaknya Jadi Bayi

Di tempat wudhu (sebut saja begitu) rumah kontrakan saya ada sandal jepit hitam. Keadaannya lumayan memprihatinkan. Sudah trepes (tipis, red), pinggirannya pun tidak rata. Satu-satunya hal yang membuat kami mempertahankannya adalah tali pengaitnya masih utuh, berarti masih bisa digunakan.

Suatu sore saya mau berwudhu. Spontan saya pakai itu sandal. Ternyata talinya sudah putus. Well, no regret lah.. Lha wong tidak layak lagi, apalagi buat jalan-jalan.
"Siapa yang mutusin tali sandal hitam?" tanya saya. "Bukan aku lho." ibu saya menjawab. Suami jg gak ngaku.

"Fathan ya yang mutusin sandalnya?!"
"Pasti Fathan. Siapa lagi.."

Kasihan dia.. Jadi kambing hitam dalam keluarga. Cepat besar ya Nak.. :-)

Senin, 27 Juni 2011

Malaikat Kecil Itu Bernama Fathan

                Kenapa saya menyebutnya malaikat? Karena makhluk kecil ini penuh keajaiban J Di saat semua ikhtiar manusia sudah dilakukan, tapi pada akhirnya hanya ridhoNya yang bisa kita harapkan.
                HPL saya 20 Mei 2011, dan bisa maju atau mundur 1-2 minggu. Lebih cepat 11 hari dari teman kantor yang barengan hamilnya, HPLnya 31 Mei 2011. Padahal saya kira dia yang lebih dulu hamil 1-2 minggu sebelum saya. Well, gak apa-apa juga sih, pikir saya berarti makin cepat ketemu si kecil, hehe..
                Rata-rata teman saya ambil cuti bersalin 2 minggu sebelum HPL, tapi saya pas persis 1 bulan sebelum HPL. Sengaja nyiapin mental buat persalinan pertama saya. Lagipula fisik sudah mulai payah, jadi sungkan sama atasan, sering ‘istirahat’ di meja kerja.
                Ternyata sampai tanggal 20 Mei 2011 bayi saya belum lahir juga. Jangankan kontraksi, Braxton Hicks (kontraksi palsu) pun juaraaaaang banget kejadian. Saya pikir masih aman lah, masih ada 2 minggu setelah HPL meskipun saya sudah mulai ketar-ketir denger kabar saudara, tetangga, teman-teman yang sudah pada lahiran, padahal HPLnya duluan saya. Pikiran negatif mulai tumbuh subur memenuhi kepala saya.
                Saya rajin jalan kaki, merangkak dan latihan nafas. Semakin hari semakin saya tambah durasinya. Yang biasanya belanja keperluan sehari-hari dibeliin kakak saya, sekarang saya jalan kaki ke tokonya. Biar persalinan nanti lancar, kata orang-orang. Dari hal-hal yang masih masuk akal sampai yang gak sudah saya lakukan. Misalnya, naruh telur di bak mandi bayi dan ditaruh di bawah tempat tidur saya, menyentuhkan tumit ibu saya ke pusar saya, minum sari kelapa (jangan kira sari kelapa itu air kelapa muda, yang ini santan digoreng terus-menerus sampai keluar minyaknya, nah, minyak inilah yang diminum), mindahin barang-barang keperluan calon bayi ke rumah kakak (katanya kalau sudah disiapkan malah gak keluar-keluar bayinya). Konyol sekali. Dan masih gak percaya saya melakukannya, hahaha..
                Terakhir saya periksa ke dokter kandungan, langsung dapet rekomendasi ini, “Karena usia janin sudah cukup, dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan misalnya postdatism atau serotinus, maka saya rekomendasikan Ibu agar DIINDUKSI.” Fyi, kehamilan lewat bulan (Serotinus) adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), dimana usia kehamilannya telah melebihi 42 minggu (>294 hari). Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin, kekurangan enzim sulfatase plasenta, kesalahan penanggalan (merupakan penyebab yang paling sering), jenis kelamin janin laki-laki dan faktor genetik.
                Ibu mertua: “rasanya Ibu gak rela kalau cucu Ibu dipaksa keluar. Ditunggu saja ya. Banyak kok yang hamil lebih dari 10 bulan.” Duh, saya bisa karatan nih di rumah.. sudah bosan sebosan-bosannya.
                Teman: “lho, kenapa diinduksi? Kan janinnya gpp. Air ketuban juga masih cukup. Imam Syafi’I aja di kandungan sampai 12 bulan.” Saya kan manusia biasa, gk bisa dibandingin sama Imam besar gitu. Jauh amat levelnya, hehehe..
                Suami: “Kalau itu (induksi) emang yang terbaik, dijalani saja. Sekalipun akhirnya cesar juga gpp.” Suami sih gpp, kan saya yang dibedah, huhuhu..
                Teman yang sudah pernah nyobain induksi: “Induksi itu sakit banget lho. Waktu itu aku udah bukaan 8, karena pengen cepet aku paksain dokternya buat induksi. Ternyata sakiiiiiiiiiiiiiiit banget daripada kontraksi alami.” yah, apalah bedanya sakit dengan sakit banget buat saya. Toh ini persalinan pertama saya. Jadi saya sudah gak mikir sakitnya nanti seperti apa, tapi gimana cara terbaik agar bayi saya lahir selamat dan sebisa mungkin suami bisa mendampingi. Sedangkan cuti suami tinggal 5 hari. Diambil 3 hari tinggal 2 hari yang ga mungkin bisa diambil kalau gak bareng sama cuti bersama.
                Akhirnya kami sepakat untuk menunggu kontraksi alami itu datang. Suami ikhlas sekalipun tidak bisa mendampingi saya. Saya pun ikhlas jika nanti tidak ada suami di samping saya. Saat semuanya sudah ikhlas, malam itu juga ketuban saya pecah. Alhamdulillaaaah.. saya telpon bidan saya, saya disuruh menunggu sampai pagi besok, kecuali jika kontraksi mulai terasa saya boleh ke rumahnya saat itu juga. Saya pun tidur. Pulas sampai shubuh keesokan harinya karena tidak ada kontraksi. Dengan diantar suami, kami pergi ke bidan. Saya diperiksa bukaannya. Ternyata belum ada bukaan sama sekali. Langsung saya dirujuk ke RSIA M di Kediri.
Jam 07.00 saya tiba di RS. Diperiksa pembukaannya, ambil darah dan mengurus administrasi. Dokternya bilang, “Jika dalam 1x24 jam belum bukaan lengkap setelah diinduksi, akan dilakukan cesar.” Ya Allah, jangan cesar.. jangan cesar..
09.00 induksi mulai masuk ke badan saya lewat infus.
11.00 efek induksi mulai terasa. Kontraksi dimulai. Saya berpegangan tangan dengan suami, bergantian dengan ibu mertua. Tarik nafas dalam-dalam, keluar lewat mulut. Tarik nafas dalam-dalam, keluar lewat mulut. Tarik nafas dalam-dalam, keluar lewat mulut.. begitu seterusnya.
14.00 bukaan 3. Saya mulai tidak bisa mengontrol teriakan. Se-Kediri mau dengar pun saya gak peduli. Ya benar, melahirkan itu sakit. Dan saya bukan orang yang kuat menahan sakit.
15.00 bukaan 4. Mulai mencengkeram lemari kayu dan ranjang besi sambil menggigit selimut. Saat jeda saya makan roti secepat mungkin, saya gak mau kehabisan tenaga. Perjalanan masih panjang.
16.00 bukaan 5. Di tengah teriakan, saya bilang ke suami kalau saya sudah tidak kuat, saya lemas, operasi saja. Tapi saat jeda kontraksi, saat otak saya lagi sehat, saya bilang lagi ke suami, kalau saya minta cesar jangan pernah dituruti. Saya sangat ingin persalinan normal.
17.00 ada tekanan hebat dari dalam. Saya tidak tahu itu rasa mulas BAB atau janin yang mau keluar. Saya sudah tidak bisa menahan cairan-cairan yang keluar dari tubuh saya. Apakah itu BAK/air ketuban/lendir darah, saya tidak tahu. Saya hanya berharap hari ini berlalu dengan cepat.
17.50 ditemani suami, saya masuk ruang bersalin. Kepala janin mulai nampak. Saya perhatikan baik-baik instruksi bidan. Dagu menempel di dada, gigi jangan menggigit lidah atau bibir, mata jangan terpejam, jangan mengangkat pantat, kumpulkan tenaga dulu lalu mengejan sekuatnya. Akhirnya dengan 3-4 kali mengejan akhirnya anak saya pun lahir. Tepat bersamaan dengan adzan maghrib. Alhamdulillaaaah.. disusul ari-ari dikeluarkan, dibersihkanlah gumpalan-gumpalan darah dari rahim saya, dan dijahit robekan perineumnya. Semua proses itu memang sakit, tapi yang paling sakit adalah kontraksi mulai bukaan 5. Jika kita sudah pernah melewati hal yang paling sulit selanjutnya menjadi lebih mudah, bukan?
                Alhamdulillah, suami adalah orang yang kuat, sampai jahitan terakhir dia selalu ada di samping saya. Saya sangat bersyukur akan hal itu. Gak kebayang kalau dia tidak bisa menemani atau malah menangis, I would never through this, honey. You’re the best man I’ve ever had.
                Saat saya menanyakan berapa jahitan, perawat itu bilang, “pokoknya banyak, mbk.” Yah, memang sebaiknya saya tidak perlu tahu berapa jahitan (atau obrasan??) saya. Bisa2 Fathan gk punya adik nih karena ibunya trauma, hehehe..
                Jika Anda adalah wanita hamil, yakinkan diri Anda bahwa Anda bisa menjalani persalinan dengan lancar. Jangan membayangkan sakitnya. Sesakit apapun, Anda sudah punya tubuh yang didesain oleh Yang Maha Memiliki Kesempurnaan untuk mampu menahan rasa sakit yang luar biasa. Lapangkan dada, ikhlaskan semuanya. Jika Anda seorang suami, usahakan sebisa mungkin ada di samping istri Anda selama persalinan. Kehadiran Anda adalah kekuatan istri Anda.
                Saat saya kembali dipindahkan ke kamar perawatan, yang ada di pikiran saya adalah saya lapar, hahaha.. sampai sekarang pun saya masih tidak percaya bisa hidup sampai sekarang. Subhanalloh, jadi benar rupanya Rasulullah ‘hanya’ menempatkan para ayah di ranking ke 4. Karena para ibu lebih berhak ada di urutan pertama-kedua-ketiga. Dari hamil, melahirkan dan menyusui.. semua itu menakjubkan J

Selasa, 21 Juni 2011

Posting Blog Pertamaku

Alhamdulillaaah..
Ternyata membuat blog itu mudah.

Terimakasih kepada Ufy Rahmana Indah dan Fatma Pety Puri ^^